Makalah Qashash Alquran
MAKALAH
ULUM AL-QUR’AN
QASHASH
AL-QUR’AN
DOSEN
PENGAMPU:
HERMANTO,
S.Ud., M.A
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK
6 LOKAL 1A PAI
1. MILA
AGUSTIN
NIM:
T.PAI.1.2016.045
2. WIDIYA
OPERAMIDA
NIM:
T.PAI.1.2016.001
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM
SYEKH
MAULANA QORY (STAI SMQ) BANGKO
TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
BAB
I
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN
QASHASH AL-QUR’AN
Kandungan
Al-qur’an tentang sejarah atau kisah-kisah disebut dengan istilah Qashashul
Al-qur’an (kisah-kisah Al-qur’an). Secara bahasa kata qashash berasal dari
bahasa Arab dalam bentuk masdar yang bermakna urusan, berita, kabar maupun
keadaan. Dalam Al-qur’an sendiri kata qashash bisa memiliki arti mencari jejak
atau bekas.[1]
Namun secara
terminology, pengertian qashashul quran adalah kabar-kabar dalam Al-qur’an
tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, serta
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.[2]
Dengan demikian
qashash Al-qur’an adalah pemberitaan quran tentang hal ihwal umat yang telah
lau, Nabi yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.[3]
B. MACAM-MACAM
QASHASH AL-QUR’AN
Kisah-kisah
didalam Al-qur’an bermacam-macam ada yang menceritakan para nabi dan umat-umat
terdahulu, dan ada yang mengisahkan berbagai macam peristiwa dan keadaan dari
masa yang lampau, masa kini ataupun masa yang akan datang.
1. Kisah
para Nabi yang memuat dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat
dakwahnya, sikap para penentang, perkembangan dakwah dan akibat-akibat yang
diterima orang-orang yang mempercayai dan golongan yang mendustakan para Nabi.
Misalnya kisah nabi Nuh, Ibrahim, Harun, Isa, Muhammad, dan nabi-nabi serta
rasul lainnya.
2. Kisah-kisah
yang berkaitan dengan kejadian-kejadian umat-umat terdahulu dan tentang
orang-orang yang tidak dapat dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah orang yang
keluar dari kampung halaman, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati,
kisah Thalut dan Jalut, dua putra adam, karun, Al-kahfi, Maryam, Zulkarnain,dsb.
3. Kisah-kisah
yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di zaman Rasulullah seperti perang
badar, uhud, tabuk dan lain sebagainya.[4]
Pendapat
lain menyatakan bahwa kisah dalam Al-quran bila diteliti dengan seksama pada
dasarnya ada
Ditinjau dari
segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam Al-quran, maka qashash
Al-quran ada tiga macam sebagai berikut:
a. Kisah
hal-hal ghaib pada masa lalu (al-qashashul ghuyub al-madhiyah) yaitu kisah yang
menceritakan kejadian-kejadian ghaib yang tidak bisa ditangkap panca indra yang
terjadi di masa lampau, seperti kisah Nabi Nuh, Nabi Musa,dsb.
b. Kisah-kisah
ghaib pada masa kini (al-qashashul ghuyub al-hadhirah) seperti kisah yang
menerangkan hal-hal ghaib yang ada pada masa sekarang, walaupun telah ada sejak
dahulu dan akan tetap ada pada masa yang akan datang dan yang mengungkap
rahasia-rahasia orang munafik, seperti kisah yang menerangkan Allah dengan
segala sifat-sifatnya, para malaikat, jin, syaitan dan siksaan neraka serta
kenikmatan surge,dsb.
c. Kisah
hal-hal ghaib pada masa yang akan datang (al-qashashul ghuyub al-mustaqbilah)
yaitu kisah-kisah yang menceritakan peristiwa yang akan datang yang belum
terjadi pada waktu turunnya al-qur’an, kemudian peristiwa tersebut benar-benar
terjadi, seperti kisah kemenangan Negara Rum atas Negara Persi.
C. TUJUAN-TUJUAN
QASHASHUL QUR’AN
Kisah-kisah
dalam Al-quran tidaklah berdiri sendiri, cara pengungkapan dan pengaturan
peristiwa-peristiwanya kisah dalam Al-quran merupakan salah satu cara yang
dipakai Al-quran untuk mewujudkan tujuan yang bersifat agama. Sebab, kisah
Al-quran pertama-pertama adalah kitab dakwah agama dimana kisah menjadi salah
satu medianya untuk menyampaikan dan memantapkan dakwah tersebut.
Diantara
tujuan-tujuan kisah-kisah Al-quran yang Nampak jelas, yaitu:
1. Memantapkan
kerasulan Nabi Muhammad saw, dan menegaskan bahwa ia menerima wahyu.
2. Menerangkan
bahwa agama semuanya dari Allah, dari masa nabi Nuh sampai nabi Muhammad saw,
bahwa kaum muslimin semuanya merupakan satu umat, bahwa Allah Yang Maha Esa
adalah Tuhan bagi semuanya.
3. Agama
itu semuanya adalah satu dan itu semuanya dari Tuhan Yang Maha Esa, maka dasarnya
adalah sama. Karena itu pada kisah nabi-nabi, kepercayaan yang pokok selalu
diulang-ulang, yaitu iman kepada Allah Yang Esa.
4. Menerangkan
bahwa pada akhirnya Allah menolong nabi-nabiNya dan menghancurkan orang-orang
yang mendustakannya.
5. Mengingatkan
umat manusia akan bahaya iblis yang suka menyesatkan manusia.
6. Menerangkan
kekuatan Allah untuk menciptakan peristiwa-peristiwa luar biasa, seperti kisah
terciptanya nabi Adam, kelahiran nabi Isa, dsb.
7. Meringankan-meringankan
tekanan-tekanan terhadap perasaan Nabi dan orang-orang mu’min[5]
D. HIKMAH
PENGULANGAN QASHASH DALAM AL-QUR’AN
Al-qur’an mencakup banyak kisah yang
diulang-ulang. Satu kisah banyak disebut dalam Al-qur’an dan dipaparkan dengan
bentuk yang berbeda, ada yang diungkapkan dengan bentuk taqdim ta’hir, ijaz dan
ithnab Al-qur’an adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan
segi kebalaghahan Al-qur’an pada tingkat yang lebih tinggi. Diantara
karakteristik balaghah adalah menampakkan makna satu dengan segala bentuk yang
berbeda. Pengulangan cerita disajikan pada cetakan yang bukan cetakannya.
Manusia tidak merasa jenuh atas pengulangan ceritanya, bahkan makna yang
ditangkap jiwa akan selalu baru, tak seorangpun dapat meresapi keindahan dan
kedalaman maknanya selain dari cerita-cerita Al-Qur’an.
2. Meneguhkan
sisi kemukjizatan Al-Qur’an. Ketika suatu makna diungkapkan dalam bentuk yang
berbeda maka seseorang akan semakin terkesima dan takjub dengannya. Tidak heran
bila orang Arab tidak mampu untuk membuat hal yang sama seperti Al-Qur’an.
3. Mengundang
perhatian yang besar terhadap kisah tersebut lebih mantap dan melekat dalam
jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan tanda
betapa besarnya perhatian Al-Qur’an
terhadap masalah tersebut. Misalnya kisah Nabi Musa dengan Fir’aun. Kisah mengisahkan
pergulatan sengit antara kebenaran dan kebatilan.
4. Penyajian
seperti menujukkan perbedaan tujuan yang karenanya kisah itu diungkapkan.
Sebagian dari makna-maknanya diterangkan disuatu tempat, karena itulah yang
diperlukan, sedangkan makna- makna lainnya dikemukakan di tempat lain, sesuai
dengan keadaan.
Disamping
hikmah yang telah dipaparkan diatas, Prof. DR. Abdul Djalal menambahkan:
1. Untuk
menunjukkan kebenaran Al-quran dan kisah-kisah itu sendiri. Karena segala yang
dijelaskan Allah dalam Al-quran adalah benar.
2. Untuk
menanamkan pendidikan akhlaqul karimah dan mempraktekkan budi yang mulia[6]
BAB
II
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara bahasa
kata qashash berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar yang bermakna urusan,
berita, kabar maupun keadaan. Salah satu tujuannya untuk menetapkan adanya
wahyu dan kerasulan. Hikmah dari qashashul Qur’an diantaranya menjelaskan segi kebalaghahan
Al-qur’an pada tingkat yang lebih tinggi, dan meneguhkan sisi kemukjizatan
Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy. Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang
1972)
Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulumul Quran,(tt Masyurah al-asyr, 1073)
Muhammad Chrizin, Al-qur’an dan Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa,
1998)
http://uinkediri.blogspot.co.id>Home>ulumulquran
Tags:
Makalah
0 komentar