TAFSIR TARBAWI II PEMBINAAN GENERASI MUDA
MAKALAH
TAFSIR TARBAWI II
PEMBINAAN GENERASI MUDA
DOSEN PENGAMPU:
MARWAN, S.Ag,M.Pd.I
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10 LOKAL 4B PAI
MILA AGUSTIN
RAHMATUL ULYA
SITI JAMILAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SYEKH MAULANA QORY (STAI SMQ) BANGKO
TAHUN PELAJARAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Bahwa penulis dapat menyelesaikan
tugas kelompok Tafsir Tarbawi II yang membahas tentang Pembinaan Generasi Muda.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, kerabat atau teman-teman kami
dan Bapak Marwan selaku dosen mata
kuliah Tafsir Tarbawi II, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Marwan ,
teman-teman yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai. Tak kalah
pentingnya, rasa sayang dan terima kasih penulis haturkan kepada ayah dan ibu
yang senantiasa mendo’akan dan memberikan dukungannya. Kritik dan saran demi
perbaikan makalah ini sangat diharapkan dan akan diterima dengan lapang dada.
Dan akhirnya semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan pembelajaran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Generasi muda adalah istilah yang mengacu kepada tahapan masa
kehidupan seseorang yang berada diantara usia remaja dan tua. Ia sudah
meninggalkan masa remajanya namun belum memasuki masa tua. Dalam posisinya yang
demikian itu generasi muda sering tampil dalam ciri-ciri fisik dan psikis yang
khas . secara fisik ia telah tampil dengan format tubuh , panca indera yang
sempurna pertumbuhannya. Tinggi badan, raut muka, tangan, kaki dan sebagainya
terlihat segar, laksana bunga yang baru tumbuh. Sedangkan secara psikis ia
tampil dengan jiwa dan semangat yang menggebu-gebu, penuh idealisme, segalanya
ingin cepat terwujud dan seterusnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membina generasi muda melalui tafsir surat An-Nisa ayat 9?
2. Bagaimana cara membina generasi muda melalui tafsir surat At-Tahrim ayat 6?
3. Bagaimana cara membina generasi muda melalui tafsir surat A-Taghabun ayat
14-15?
C. Tujuan
1. Mengetahui cara membina generasi muda melalui tafsir surat An-Nisa ayat 9
2. Mengetahui cara membina generasi muda melalui tafsir surat At-Tahrim ayat6
3. Mengetahui cara membina generasi muda melalui tafsir surat At-Taghabun ayat
14-15
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBINAAN GENERASI MUDA
Generasi muda adalah istilah yang mengacu kepada tahapan masa
kehidupan seseorang yang berada diantara usia remaja dan tua. Ia sudah
meninggalkan masa remajanya namun belum memasuki masa tua.
Dalam posisinya yang demikian itu generasi muda sering tampil dalam
ciri-ciri fisik dan psikis yang khas . secara fisik ia telah tampil dengan
format tubuh , panca indera yang sempurna pertumbuhannya. Tinggi badan, raut
muka, tangan, kaki dan sebagainya terlihat segar, laksana bunga yang baru
tumbuh. Sedangkan secara psikis ia tampil dengan jiwa dan semangat yang
menggebu-gebu, penuh idealisme, segalanya ingin cepat terwujud dan seterusnya.
Dengan melihat fakta tersebut diatas, maka pembinaan terhadap
generasi muda menjadi amat penting. Untuk itu dalam kajian tafsir ini kita akan
bahas mengenai ayaat Al-Qur’an yang ada hubungannya dengan konsep pembinaan
generasi muda ayat Al-Qur’an surat Al-Nisa (4) ayat 9 dan 95, surat Al-Thagabun
(65) ayat 14-15 sebagai berikut.
Surat an-Nisa(4) ayat 9 yang berbunyi
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah , yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan ) mereka . oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaknya mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Pada ayat tersebut disebutkan tentang keharusan memelihara harta
anak _ anak yati, dan menyatakan bahwa pewarisan harta tersebut juga berlaku
bagi anak laki-laki dan perempuan. Ayat tersebut selain menyatakan bahwa kaum
perempuan dan anak-anak diberikan harta warisan , juga diperintahkan agar
mengucapkan perkataan yang baik terhadap anak-anak yatim sebagai calon generasi
muda dan pemimpin dimasa yang akan datang.
Perintah memelihara anak-anak yatim yang menjadi tanggungan dan
keluarganya itu sejalan pula dengan perintah dalam surat Al-Tahrim (66) ayat 6
sebgai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu , penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
Pada ayat tersebut terdapat kata qu anfusakum yang berarti buatlah
sesuatu yang dapat menjadi penghalang datangnya siksaan api neraka dengan cara
menjauhkan perbuatan maksiat, memperkuat diri agar tidak mengikuti hawa nafsu,
dan senantiasa taat menjalankan perintah Allah. Selanjutnya wa ahlikum ,
maksudnya adalah keluargamua yang terdiri dari istri, anak, pembantu dan budak,
dan diperintahkan kepada mereka agar menjaganya dengan cara memberikan
bimbingan, nasehat dan pendidikan kepada mereka. Kemudian al waqud adalah
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalakan api, sedangkan al hijarah
adalah batu berhala yang biasa disembah oleh masyarakat jahiliyah. Malaikatum
dalam ayat tersebut maksudnya mereka yang jumlahnya sebanyak 19 dan bertugas
menjaga neraka. Sedangkan ghiladzun maksudnya adalah hati yang keras , yaitu
hati yang tidak memiliki rasa belas kasihan apabila ada orang yang meminta
dikasihani. Dan syidadun artinya memiliki kekuasaan yang tidak dapat
dikalahkan.
Hal yang demikian sejalan dengan firman Allah dalam surat
Al-Taghabun ayat 14 sebagai berikut:
“Hai orang- orang yang beriman, sesungguhnya diantara
isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu memaafkan dan tidak
memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
maha Penyayang.”
Dalam suatu riwayat dinyatakan oleh Rasulullah, akan ada suatu
zaman yang menimpa umatku, yaitu kehancuran seorang suami ditangan isteri dan
anak-anaknya yang dihimpit kemelaratan, kemudian mendorong suami melakukan
perbuatan buruk yang dapat menimpa dirinya. Keadaan tersebut terjadi sebab
utamanya adalah karena isteri, anak dan anggota keluarga tersebut tidak
memiliki pendidikan.
Untuk menghasilkan generasi muda yang baik yaitu generasi muda yang
sehat fisiknya, berilmu pengetahuan, berketerampilan, berakidah yang kokoh,
taat menjalankan ibadah dan berakhlak mulia dan seterusnya terdapat pula
petunjuk yang dapat dilakukan oleh kedua orang tua.
Untuk ini Allah dan rasulNya memerintahkan kepada laki-laki agar
memilih isteri yang salihah yaitu isteri yang taat kepada Allah dan RasulNya,
taat kepada suami dan mmenjadi teladan bagi anaknya.
Setelah memiliki anak dari perkawinan dengan wanita yang
sifat-sifatnya telah disebut diatas dilanjutkan dengan memberikan ucapan
selamat dan turut gembira ketika seorang wanita melahirkan, mengumandangkan
azan dan iqamat ketika kelahiran anak,
dilanjutkan dengan mencukur rambut kepala anak, memberi nama yang baik, minum,
tidur, berkata-kata, berpakaian, berjalan, bergaul, kemudian memberikan
keteladanan yang baik, membiasakan mengajak salat berjamaah, membaca Al-Qur’an,
dan seterusnya.
Dengan diazani dan diiqami mengandung isyarat tentang pentingnya
pendidikan keimananyang merupakan fitrah yang dibawa anak. Dengan dicukur
rambut mengisyaratkan tentang pendidikan kebersihan dan keindahan yang juga
merupakan fitrah manusia. Diberikan nama yang baik tentang perlunya ucapan dan
simbol-simbol yang baik dan sesuai dengan tuntunan agama, sehingga akan
menciptakan keadaan yang saling memuliakan dan menghormati.
Disembelihnya hewan aqiqah dan dagingnya dibagikan kepada tetangga
dan karib kerabat mengisyaratkan tanda syukur kepada Allah atas karunia anak
tersebut, dan sekaligus berupa penyambutan rasa suka cita dan pangakuan akan
aksistensi anak tersebut ditengah-tengah keluarganya.
Selanjutnya dengan membiasakan melakukan perbuatan sehari-hari ,
makan, minum, duduk, berjalan, berpakaian, bergaul dengan baik, diharapkan akan
tertanam perilaku sopan santun yang amat disukai oleh sesama manusia.
Dengan pendidikan keagamaan yang sudah kokoh tersebut barulah
sianak dipersilakan memilih bidang keahlian yang akan ditekuninya. Dengan
demikian, maka berbagai keahlian yang dimilikinya tidak akan membuat dirinya
sombong, melainkan akan senantiasa bersyukur kepada Allah dengan memanfaatkan
keahliannya itu untuk beribadah kepada Allah dan untuk kepentingan manusia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Generasi muda adalah istilah yang mengacu kepada tahapan masa
kehidupan seseorang yang berada diantara usia remaja dan tua. Ia sudah
meninggalkan masa remajanya namun belum memasuki masa tua. Dengan melihat fakta
tersebut diatas, maka pembinaan terhadap generasi muda menjadi amat penting.
Untuk itu dalam kajian tafsir ini kita akan bahas mengenai ayaat Al-Qur’an yang
ada hubungannya dengan konsep pembinaan generasi muda ayat Al-Qur’an surat
Al-Nisa (4) ayat 9 dan 95, surat Al-Thagabun (65) ayat 14-15.
Tags:
Makalah
0 komentar