UNTUKKU AGAMAKU UNTUKMU AGAMAMU

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ini adalah cerita yang aku lombakan, karena pemenangnya udah diumumkan jadi aku baru bisa share sekarang. Lomba nya tahun 2017. Dan udah lama aku baru inget mau share. Sebenarnya aku lupa judulnya apa waktu itu dan ini judul dadakan wkwk. SELAMAT MEMBACA...




Kalo ditanya apa aku pernah melakukan, mengalami, atau melihat kekerasan karna berbeda pandangan atau keyakinan? Jawabannya pernah. Karna kekerasan itu udah kaya hal lumrah gitu, siapa yang dominan dia yang benar. Kekerasan itu bisa didapat dari orang yang terdekat sekalipun, atau bahkan dari orang yang mungkin tidak kita kenal. Bentuk kekerasannya bukan hanya sekedar kekerasan secara fisik tapi juga kekerasan secara psikis. Terkadang alasan mereka  melakukan kekerasan hanya untuk melampiaskan kemarahan saja.


Aku gak tau pasti alasan orang, saat ini aku cuma mau cerita sedikit pengalaman aku tentang kekerasan yang terjadi disekitar aku hanya karena perbedaan pendapat atau keyakinan.
Aku punya temen beda agama namanya si H, agamanya Katolik. Aku sering bertanya-tanya seputar agamanya, kita sering cerita masalah seputar agama, gimana ibadah dalam agama kamu?, gimana ibadah dalam agama aku?,  kalo ngelakuin ini dosa gak? Kalo ngelakuin itu dosa gak?, kaya gitulah contohnya. Dan aku belajar banyak hal dari dia, karna selama ini aku selalu ngobrol seputar agama aku aja sama temen-temen ku sesama muslim. Bener banget kalo pepatah bilang jangan nilai buku dari sampulnya, karna kita gak pernah tau gimana isinya kalo Cuma nilai sampulnya aja. Tapi kebanyakan orang kalo mau beli buku liat sampulnya semenarik apa. Dan ada banyak orang juga yang ngenilai si H dari sampulnya, aku sering denger mereka yang gak suka sama si H mereka langsung bilang “dasar batak kaf*r”, tapi mereka gak pernah ngomong langsung didepan si H. Saat itu aku gak tau mau ngomong apa, aku Cuma bisa diam dan ngucap Astagfirullah (dalam hati). Aku ngerasa dia gak adil aja ngatain si H kaya gitu, karna kalo kamu benci orangnya kamu gak perlu bawa Suku dan Agamanya, karna kelakuan dia gak ada pengaruhnya sama Suku dan Agamanya menurut aku. Dan setau aku si H baik-baik aja sih orangnya, gak tau deh kalo sama orang mungkin beda kelakuannya. Dan kalo menurut aku taat-an si H  sama Tuhannya ketimbang yang ngakunya Islam tapi Cuma tulisan di KTP doang.

Aku banyak belajar dari si H contohnya, gimana dia taat dalam hal ibadah. Gimana cara dia bersikap dengan orang yang berbeda Agama, dan banyak contoh-contoh kecil lainnya. Terkadang aku ngerasa malu banget, karna dalam benakku aku juga pernah bilang dia kaf*r, karna dari kecil diajarin agama selain islam=kaf*r . Padahal kalo kamu tau setaat apa dia dalam beribadah kamu pasti minder, kalo kita menyembah Tuhan yang sama bukankah dia lebih beriman dari kita lantas mengapa memanggil dia dengan sebutan seperti itu, dan sebenarnya dia lebih pantas memanggilmu dengan sebutan itu. Tetapi dia tidak pernah mengatakan hal itu. Aku punya contohnya, si H seminggu sekali beribadah di rumah ibadahnya (Gereja). Karna aku perempuan aku gak solat Jum’at yang setiap minggu dilakukan, faktanya karna berbagai alasan, aku beribadah di rumah ibadahku (Masjid) hanya Hari Raya saja, dalam setahun ada dua Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, jadi selama setahun aku Cuma 2 kali masuk Masjid. Coba bandingkan sama si H sebulan aja masih banyakan dia. Padahal seharusnya orang Islam itu masuk rumah ibadahnya lebih banyak dari orang Kristen, solat aja sehari 5 waktu, cukup sehari aja kita solat kita udah 5 kali masuk rumah ibadah sedangkan  mereka mesti sebulan. Apa kita pernah mikir kesana?.

Dari 34 orang siswa Cuma si H sendiri yang beda Agama, jadi sewaktu kita ujian Agama dia Cuma ngeliatin kita aja. Dengan kritisnya dia ngomong ke kita “ kenapa sih kalian masih nyontek ini pelajaran Agama loh bukan fisika, bukannya kalian lebih mengerti tentang Agama kalian “. Aku ngerasa terenyuh banget dengan kata-katanya, aku diam gak bisa ngomong apa-apa, dalam hatiku bertanya “iya ya kenapa? Ini pelajaran Agamaku dan aku nyontek, serendah itukah pengetahuan Agamaku?”. Dan temenku maksain bales “ kami itu gak bisa pas bahasa Arab nya susah, mana banyak dan harus dihafalin sama artinya. Agama kamu gak ada kan bahasa selain bahasa Indonesia”. Apapun alasannya tetep aja salah, udah gak tau tentang Agama bukannya belajar malah nyontek jadi dua kali ngelakuin kesalahan. Saat itu aku ngerasa bersalah banget, pasti Tuhanku sedih banget punya hamba yang bodoh kaya aku, bukannya menerapkan perilaku yang baik sesuai Agama malah melakukan perbuatan dosa didepan orang yang tidak menyembahNya. Dan saat itu juga hambaNya dipermalukan sama aja kaya Agamanya juga ikut dipermalukan. Dari situ aku sadar kalo Agama itu bukan hanya untuk aku, tapi aku untuk Agamaku. Artinya bukan Agama yang mencerminkan kepribadian kita tetapi kepribadian kita lah yang seharusnya mencerminkan Agama kita. Karna Agama itu bagian dari tanggung jawab kita sebagai hambaNya.

Bukan hanya kita aja yang berbeda Agama, tapi yang seagama pun terkadang punya perbedaan, contohnya : Kristen (Katolik & Protestan), Islam (Nahdatul Ulama’, Muhammadiyah, LDII, Aboge, dll). Aku pernah nanya ke si H, kenapa ada Kristen Katolik dan Kristen Protestan?, kalo kata dia Kristen yang sesungguhnya itu Katolik, Protestan itu orang-orang yang memisah dari Katolik. Itulah kenapa namanya Protestan, dia juga gak tau protes nya kenapa. Itu Kristen Cuma terbagi 2, coba liat Islam ada banyak alirannya diluar dari yang aku sebutin diatas. Coba apa kamu tau kenapa Islam itu ada banyak jenisnya? Apa Allah ngasih Islam dengan berbagai jenis?  Apa Allah ngasih petunjuk beda-beda ke setiap Islam yang berbeda? Mungkin kamu punya pertanyaan yang sama kaya aku. Tapi intinya dunia ini memang penuh dengan perbedaan, saat ini kita hanya melihat satu sisi saja. Yang perlu kita ketahui sekarang adalah bagaimana cara kita menyikapi perbedaan ini. Bagaimana kita menyatu meskipun kita berbeda, bagaimana kita bisa terlihat indah dengan perbedaan. Seperti pelangi, Indah meskipun berbeda dan tetap bersatu dengan perbedaan.

Islam itu agama yang paling benar, dan semua aliran-alirannnya pun merasa demikian. Meski sudah sama-sama Islam tapi tetap aja ambisius “Agamaku lah yang paling benar”, terkadang ada salah satu aliran yang sampai bilang “ Agama islam hanya satu yang aku pegang saat ini, selain agamaku kaf*r”, segampang itu untuk memvonis orang dengan kata kaf*r padahal agamanya sama-sama Islam.

Mereka dikenal dengan nama jamaah Tabligh, aku pribadi ngeliat aliran ini bagus. Karna mereka begitu bersemangat sekali dalam menegakkan ajaran agama, dan aku pribadi belum sebagus mereka taatnya. Contohnya, mereka selalu memperbaiki diri dalam hal apapun, mereka mengikuti semua hal yang diajarkan Rasulullah, yang dikerjakan Rasulullah, mereka sangat menjunjung tinggi Rasulullah. Tapi dari sisi bagusnya mereka, mereka terkadang salah mengartikan segala sesuatu, mereka terkadang dengan cepatnya memvonis sesuatu dengan kata Haram, Kaf*r, dan Bid’ah.

Aku punya tetangga dan dia salah satu dari aliran itu. Semua aturan hidupnya harus mengikuti Rasulullah, Dari segi penampilan misalnya : mereka menumbuhkan jenggot alasannya sunnah Rasul, gak salah ngikutin Rasul dan emang bener itu ada hadist nya tapi kita juga harus tau alasannya kenapa hadist itu muncul, kenapa zaman dulu orang-orang menumbuhkan jenggot, karna zaman dulu belum ada alat pencukur seperti saat ini, jadi sulit bagi mereka untuk selalu mencukur jenggotnya, tapi boleh-boleh aja kalo mau numbuhin jenggot asalkan dirawat dengan baik dan jangan sampai jenggotnya jadi sarang bakteri karna gak pernah dirawat, kan kalo gitu lebih baik dicukur. Lalu mereka itu suka memakai jubah bagi laki-laki dan memakai niqab/cadar/burka bagi yang perempuan, itu loh pakaian yang dipakai orang-orang Arab, biasa aja bajunya tapi tetep aja yang memakai jadi pusat perhatian. Kalo menurut aku pakaian seperti itu adalah pakaian budaya Arab, kita kan orang Indonesia kenapa gak melestarikan budaya Indonesia aja misal pakai sarung, kalo alasannya mau ngikutin Rasul itu karna Rasul orang Arab, kalo Rasul orang Indonesia pasti Rasulullah pakai sarung. Dan aku pernah denger hadist yang mengatakan jikalau pakaian seseorang itu mengundang banyak perhatian orang lain lebih baik gak usah dipakai.

Mereka rela menyusahkan diri sendiri, padahal zaman sekarang itu hidup udah dibikin semudah-mudah mungkin. Mereka rela jalan kaki berpuluh kilo meter dengan alasan Hijrah seperti Rasulullah, karna dizaman Rasulullah dulu gak ada kendaraan jadi Rasulullah Hijrah dengan berjalan kaki. Lalu untuk apa mereka bersusah payah menciptakan kendaraan yang niatnya untuk mempermudah manusia tapi sia-sia. Mereka biasa menyebutnya Bid’ah, segala sesuatu yang ada sekarang dan tidak ada di zaman Rasulullah adalah Bid’ah. Bener kok mereka gak salah, tapi yang sebenernya Bid’ah itu ada 2 yaitu bid’ah hasanah dan bid’ah dolalah, bid’ah hasanah itu segala sesuatu yang tidak dikerjakan oleh Rasullah tetapi bermanfaaat jika ada di zaman sekarang. Dan sebaliknya bid’ah dolalah adalah segala sesuatu yang tidak dikerjakan oleh Rasulullah dan bisa jadi itu sesat. Tapi dalam pengertian mereka bid’ah itu satu, yang dolalah aja. Dan kendaraan pun termasuk bid’ah hasanah jika dibawa ketempat yang baik-baik, kembali aja lagi ke zaman Rasul ngapain hidup di zaman sekarang kalo semua yang dilakukan bid’ah. Mereka begitu mudah memvonis seseorang dengan kata kafir. Waktu itu pernah ada shalawatan dan dzikir rame-rame di musholah deket rumah dan itu sampe dini hari baru pulang, mereka emang gak ngikut dan keesokan harinya mereka ngatain kita disosmed kaf*r  ngikut aliran sesat. Mereka emang anti dzikir, setiap sudah solat berjamaah pasti kabur. Makanya mereka ngatain kita yang dzikiran itu aliran sesat. Yasinan katanya gak guna karna orang yang sudah meninggal putus hubungan dengan orang yang masih hidup. Lalu ngapain repot-repot yasinan setiap malam Jum’at yang udah dilakuin dari aku masih diorok tapi gak ada gunanya.

Gak ngerti mereka dapat ilmu dari mana katanya sih ada hadist nya, memang betul sih ada  hadistnya tapi harus diketahui juga itu hadistnya shahih, atau palsu. Siapa perawinya sanadnya matannya dan lain sebagainya. Jangan terima mentah-mentah informasi yang didapat. Oke itu kepercayaan mereka , kita gak boleh ngejudge kepercayaan orang, itu hak mereka. Tapi masalahnya kenapa mereka gak melakukan apa yang kita lakukan, mereka gak menghargai kepercayaan orang lain, mereka seenaknya ngejudge Agama orang, seakan-akan mereka lah yang paling benar. Tapi kenapa orang yang merasa lebih benar tidak ada toleransi antar umat beragama didalam diri mereka. Apalagi kita sesama pemeluk Islam. Malu dong sama Agama lain, Islam yang di Indonesia Agama dengan penganut terbesar, tapi umatnya saling bermusuhan, padahal yang diajarkan Agamanya untuk saling menghargai, rukun, cinta damai. Bukan hanya dengan sesama muslim, tapi juga dengan seluruh umat beragama, apalagi dengan sesama muslim, tentulah rasa persaudaraan itu lebih besar dari umat yang berbeda Agama. Tapi nyatanya apa yang diketahui tidak tepat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari- hari.
Kalo bicara sisi positivenya Aku pribadi sebenarnya senang dengan keberadaan mereka , karna dari segi berpakaian misalnya mereka sangat menggambarkan Islam yang sebenarnya, dan aku pribadi jujur mungkin belum bisa untuk mengikuti cara berpakaian mereka yang syar’I itu. Dan mereka sangat berpegang dengan tuntunan Rasulullah, mereka mencoba untuk tidak terlalu terobsesi sama dunia. Aku sendiri bisa dibilang jauh kalo dibandingin sama mereka.  Hari-hari ku masih dunia dunia dan dunia lagi. Yang gak aku suka dari mereka karna mereka suka ngejudge orang seenaknya itu .

Dari berbagai peristiwa diatas yang telah terjadi dalam kehidupanku, aku merasa sedih, kecewa, tapi rasanya aku gak punya hak untuk berbuat apa-apa. Karna dari apa yang telah terjadi sebenarnya aku gak terima, kenapa sih dia harus ngomong gitu, kenapa sih dia harus ngomong gini. Apalagi yang dikata-katain tentang Agama, karna menurut aku Agama itu point yang sangat sensitive untuk dibicarakan. Agama itu bagi aku hubungan pribadi seseorang dengan Tuhannya, gak ada urusannya sama manusia lainnya. Siapa sih yang gak marah kalo Agamanya dikata-katain sesat atau Tuhannya yang dikata-katain. Semua orang juga pasti marah, apa perilaku bejat seperti itu diajarkan didalam Agama? Tidak satupun Agama yang mengajarkan untuk berbuat keburukan, dan tidak ada Agama juga yang mengajarkan untuk menghina Agama  lainnya.

Lalu mengapa masih banyak manusia yang melakukan hal itu, artinya mereka tidak  bersungguh-sungguh melakukan apa yang diperintahkan Tuhannya, apa yang dilarang Tuhannya. Agama hanya sekedar wadah yang tidak digunakan, atau mungkin Agamanya hanya ikut-ikutan tidak dengan keyakinan dan kepercayaan. Padahal dengan berbeda Agama bukan menjadi alasan kita untuk bermusuhan, Agama pun mengajarkan kita untuk selalu menjaga silaturahmi dengan siapapun. Apapun perbedaannya bukan alasan kita untuk tidak bisa bersatu. Karna bersatu itu tidak harus sama, Nyatanya Tuhan lah yang membuat perbedaan ini, lantas mengapa kita harus membenci apa yang telah Tuhan ciptakan.

Aku pribadi merasa tidak nyaman dengan situasi yang ada disampingku saat ini, aku merasa semua orang hanya sibuk dengan apa yang dilakukan orang lain. Kenapa ngurusin hidup orang lain, lebih baik memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu. Apalagi ngurusin Agama orang lain, sebagai sesama manusia yang tinggal dibumi yang sama mungkin kita perlu untuk mengingatkan manusia lain yang salah jalan. Tapi, bukan berarti kita harus ngejudge apa yang menjadi pilihan mereka. Kalo mereka merasa pilihan mereka itu benar,  mengapa kita harus memaksa? Itu hidup mereka, hak mereka. Benar versi kita belum tentu benar versi orang.

Bagi orang Islam, sesungguhnya Allah sudah menjelaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Kafirun ayat ke-6 yang artinya “Untukmu agamu, and untukkulah agamaku”. Sebenarnya kita gak perlu repot-repot untuk ngurusin apa Agama orang, mau dia jadi seorang yang Kaf*r pun itu terserah mereka. Yang cukup kita lakukan hanya bagaimana agar iman kita tetap dalam jiwa raga kita, agar apa yang mereka sembah tidak jadi sesembahan kita nantinya. Dan cara kita untuk lebih dekat dengan Allah.

Saat ini aku mungkin belum bisa untuk berbuat apa-apa. Saat ada kejadian-kejadian seperti diatas aku hanya bisa diam, meskipun aku tau  itu salah. Karna aku merasa aku gak punya daya apa-apa untuk menghentikan perbuatan mereka, atau melarang mereka berbuat kekerasan. Dimata mereka aku hanyalah anak kecil yang belum punya kemampuan untuk menegur orang lain, anak kecil yang gak ada bobotnya. Dan aku juga gak punya keberanian untuk menegur, atau menghentikan aksi mereka.  Aku sealu berusaha untuk memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu, memperbanyak ilmu Agama, belajar untuk istiqomah dijalan Allah. Dan saat ini aku tengah menempuh Pendidikan Agama Islam di salah satu Perguruan Tinggi swasta yang ada di daerah Bangko, Merangin, Jambi.  Aku berharap  ilmu yang aku cari saat ini bisa menjadi langkah awal nantinya aku bisa membimbing orang-orang disekitarku, terutama hal-hal yang menyakut dengan Agama Islam.

Aku yakin Insha Allah setelah kelulusan ku nanti, orang-orang itu akan memandang ku sebagai anak kecil yang berbobot. Dan mereka akan terpaku dengan ilmu yang aku miliki. Disaat aku telah memiliki daya untuk menegur, atau menghentikan aksi kekerasan itu, Insha Allah aku akan melakukan apa yang seharusnya aku lakukan.
Karna cita-cita yang gak kesampaian ingin jadi seorang penulis, jadi aku menuangkan segala keresahanku diblog pribadiku. Disini aku gak bermaksud menyudutkan siapapun, pihak manapun, atau mungkin Agama apapun. Karena aku Cuma mau masyarakat itu berfikir dengan cara yang berbeda, dengan sudut pandang yang berbeda, berfikir dengan pendapat orang lain. Agar pengetahuan mereka itu lebih luas, dengan banyaknya pandangan dari orang lain. Karna kebanyakan orang Indonesia akhlaknya suka ngejudge orang seenaknya, membenarkan orang versi mereka sendiri. Yang selalu merasa diri nya benar sendiri, aku ingin akhlak seperti itu, pemikiran seperti itu gak dimiliki sama orang Indonesia. Aku ingin “mereka merasakan apa yang aku rasakan dan aku merasakan apa yang mereka rasakan”. Kalo setiap individu udah punya prinsip kaya gitu, gak ada lagi yang namanya judgement, atau merasa dirinya paling benar. Karna mereka, kita, aku, kamu udah jadi satu.

Dengan ngebloging menurutku itu langkah awal  untuk berbagi ilmu, pengalaman yang aku dapat dan mungkin orang lain tidak mendapatkannnya, dimana dengan ngeblog aku tidak hanya berbagi dengan orang disekitarku saja tapi bahkan satu dunia. Aku berharap semoga apa yang aku bagikan dapat bermanfaat bagi orang yang membacanya. Ngebloging adalah upaya terkecil yang aku lakukan untuk : pertama,  menjalankan misi Agama yaitu memperbaiki akhlak anak manusia. Kedua, membenahi kesalahan di Negara ini yaitu Mind Setting orang Indonesia.

Sekian dari aku Mila Agustin Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Share:

0 komentar